Sabtu, 13 Desember 2014

Tanpa Mata




J
ika kita hidup di sebuah dunia di mana “aku cinta padamu” akan lebih bermakna, maka aku akan selalu berkata kepadamu “aku cinta padamu” – Ozge Dilsiz –
              Dintara dua benda pasti akan sempurna jika keduanya saling disatukan. Melengkapi apa yang kurang dari salah satu benda itu. Saling melengkapi dan menutupi.
              Diantara kita memang tak ada kata sempurna. Kita di bumi saling diciptakan dengan garis takdir yang berbeda. Kemudian Tuhan membawa garis takdir umat-Nya untuk saling berpencar mencari pendamping mereka. Menemukan kelebihan berupa kasih sayang dan ketulusan. Dan juga kelengkapan dari ketidaksempurnaan kita.
“Bin gue pengen bilang sayang deh sama seseorang” keduanya sedang menikmati istirahat pertama di ujung lapangan basket.
“wah siapa nih” antusiasnya setelah menyedot habis minuman es teh manisnya.
“depannya L belakangnya O” sambungnya dengan cepat. Keduanya saling diam. Si lelaki dengan pikiran tak karuan dan si perempuan dengan ide ide jahil di otaknya.
“Yon gue pengen nonjok orang nih” setelah membuang habis makanan ringannya ia melancarkan aksinya.
“hah siapa? Sini gue bantuin”
“depannya L belakangnya O” dahi Deon berkerut, menatap satu sama lain layaknya tatapan si singa dan si mangsa. Bina berkacak pinggang, dagunya terangkat dengan wajah yang ia pasang se-songong mungkin.
“apa lo liat liat? Muka masih ingus aja berani nembak gue. Mau bahagiain gue pake apa? Cinta? cih. Makan tu cinta” Bina berdiri dari posisinya. Membenahi rok yang sedikit terlipat kasar.
“lo nggak percaya sama gue?” Deon bangkit mengikuti Bina.
              Kali ini Deon memberikaan keteduhan di setiap pandangannya. Bukan tatapan tengil seperti biasa yang ia tunjukkan tapi keseriusan. Langkahnya mendekat. Deon tak peduli dengan tatapan beberapa siswa yang lalu lalang.
“ih jauh jauh lo” sambil menahan beberapa langkah Deon.
”bu..buk..kan gitu” lanjutnya.
“lo nerveous? Atau— gagu?” skak! Tepat di wajah Bina. Semburat merah tomat sesekali muncul di pipi Bina.
“mau bel gue balik” tandasnya cepat sebelum keadaan canggung berjalan lebih lama.
~~~
‘Bina tolong kamu temui saya di gelanggang sekarang! Terima kasih.’
              Dia sudah tidak bisa berfikir jernih lagi. Semua yang ada di otaknya adalah SALAH GUE APA! SALAH GUE APA SAMA GURU BP!! Satu larik kalimat yang ia terima baru saja cukup membuat otaknya blank. Pasalnya Bina tidak pernah berbuat menyimpang di sekolah. Lalu Bina membalas pesan singkat tersebut dengan kalimat yang tentunya sopan. Bina mempercepat langkah kakinya menuju gelanggang.
              TENGG! TENGG! Tepat pukul dua siang kegiatan manusia di SMA PATRA berakhir. Melepaskan segala rutinitas yang sudah mereka jalani hari ini. Ditandai dengan lonceng sederhana yang dipukul manual oleh petugas sekolah. Hari ini, SMA PATRA selama tiga jam ke depan di bebaskan dari mata pelajaran yang ada alias mereka pulang lebih awal.
              Sekolah berlantai tiga dengan arsitektur kuno memang terkenal di kota nya. Predikat favorit sudah melekat sejak pertengahan tahun sekolah ini berdiri. Sekolah dengan ciri khas gerbang utama berbentuk gapura jawa dengan pintu utama dibuat dengan ukuran kurang dari tinggi manusia normal, ini menandakan kepatuhan setiap siswa ketika memasuki area sekolah. Dimulai dengan hormat adat jawa itu baik bukan??
              Suara riuh memenuhi hampir seluruh gedung tua SMA PATRA. Ada yang bergosip ria sambil menunggu acara di mulai, buang-buang duit dan LEBAY untuk ukuran belum sah. CEKK! CEKK! Dengingan sound cukup menghentikan aktivitas para siswa.
“kalian udah tahu harus ngapain kan?”
“iyaaaaaaa”
“cepetan dong woyyy!!!! Kita juga punya urusan sendiri kaleeee. Huuu” celetuk salah satu siswa dengan suara nyaris cempreng.
HUUUUU. Sorakan memenuhi gelanggang.
“oke oke semua tenang guys. Gue juga punya acara sendiri kali. Tapi ini demi temen kita, kalian juga dapet goceng kan? Mm acaranya kayaknya udah mau mulai. Kalian siap siap ya.”
              Sambil melihat benda arloji hitamnya. Rupanya sudah pukul dua siang. Terlambat lima menit.
              Pintu utama gelanggang sengaja ditutup. Semua siswa yang terlibat memulai aksi mereka. Bersembunyi dibalik bangku penonton. Hanya suara desiran angin yang sesekali melewati gedung ini.
              CKLEKKK! Tangannya semakin dingin ketika mendapati keadaan gelanggang sunyi dan sepi. Mungkin Pak Budi berdiri di pojok ruangan dan tiba tiba mengagetkan. Lalu Bina disidang? Negative negative dan negative thinking yang ada dipikirannya.
              Dengan langkah berat ia berjalan ke tengah gelanggang. Pandangannya ia edarkan keseluruh ruangan. Tak seorang pun ada disana.
“ehemm”
‘MATI GUE’ hanya kata itu yang bisa ia katakan dalam hati. Bina menolah ke sumber suara
“hai..”
“eh kok elo? Pak budi mana?”
“hah Pak Budi? Disini gak ada pak budi”
“maksud lo?”
satu detik dua detik tiga detik empat detik lima detik
“LO NGERJAIN GUEEE? Rese lo Yon” setelah beberapa puluh detik ia tersadar kalau ini hanya jebakan Deon.
“ssstt lo kalo kaget gak usah teriak bisa?” suaranya mendadak sangat lembut.
              Tatapan yang cukup tajam membuat Bina kicep seketika. Lalu dari kejauhan Andres sedikit berlari membawa benda kesayangannya kepada Deon.
“lo berhenti disitu atau gue berbuat sesuatu sama lo?” oke. Ancamannya kali mampu membuat Bina menuruti kemauannya. Dipetiknya senar pada benda akustik tersebut membentuk kunci nada yang indah.
Senyumanmu masih jelas terkenang
              Dengan kunci awal G, suara Deon mampu membuat Bina terpaku. Bina mengurungkan niatnya untuk meninggalkan gelanggang, ia ingin melihat apa yang ingin lelaki ini perlihatkan.
Hadir selalu seakan tak mau hilang dariku, dariku
Takkan mudah ku bisa melupakan
Segalanya yang telah terjadi               
Di antara kau dan aku
Di antara kita berdua
              Permainan gitarnya berhenti. Deon berjalan kearah Bina yang mematung sedari tadi. Telunjuknya terulur menautkan dagu bawah dengan dagu atas Bina yang melongo entah sejak kapan.
“gue pernah cerita ke lo kan tentang lagu ini?”
“suatu saat lo bakal nembak seseorang dengan lagu ini kan?” ia ingat betul Deon pernah cerita tentang lagu tersebut.
Ternyata ucapan Deon tempo hari saat di lapangan basket bukan main main.
“dan suatu saat itu adalah saat ini”
“lo nembak gue?” ternyata kali ini Bina benar benar seperti orang bodoh yang dicuci otaknya.
“menurut lo?” alisnya terangkat sebelah.
“gue gak mau” tolaknya dengan cepat.
“harus mau”
“kok lo maksa. Jodoh gue itu bukan lo”
“tapi jodoh gue itu elo”
              Deon menggamit tangan Bina dengan lembut, meskipun dengan sedikit berontak Deon tak mau acara nya gagal.                                 Jangan sampe ini acara gagal cuma karena lo nolak gue. Tabungan gue abis cuma buat nyogok anak-anak Bin. Sebalnya dalam hati. Mereka berhenti persis dimana tadi Bina dan Deon memulai percakapan pertama.
Oh baby i’ll take you to the the sky
Forever you and i, you and i
              Blok A dengan estafet memulai acara paduan suara mereka setelah aba-aba dari Andres. Disini peran Andres sangatlah penting, ia ditugaskan Deon untuk mengatur siswa lain untuk muncul. Bina tercengang. Menurutnya Deon sama sekali tak Bisa romantis tapi kali ini???
And we’ll be together till we die
Our love will last forever
And forever you’ll be mine
              Lalu pada blok D muncul kembali paduan suara dari siswa yang Deon sudah sogok. Blok A menyambung suara mereka dengan blok D membentuk alunan paduan dadakan yang keren.
You’ll be mine
              Kalimat terakhir lagu mine milik petra ini disambung sendiri oleh Deon dengan falset khasnya tanpa embel embel siswa lain.
“masih mau nolak gue?” Bina hanya menggeleng malu. Senyumnya mengembang. Tepuk tangan, sorakan riuh memenuhi gelanggang siang itu.
Yang aku suka dari kata ‘CINTA’ adalah AWAL PERTEMUAN! Tidak jarang awal pertemuan tercipta dari hal biasa sampai hal yang tak biasa atau mungkin bisa datang kita sudah mengenalnya tapi tidak mengenal hatinya. Takdir memang membuat gemas si penerima takdir.
Seperti dongeng pengantar anak. Yang dengan imajinasinya, penulis dapat membuat scene yang berbeda dari biasa. Itu lah takdir. Seperti merasa di bohongi. Pada garisnya ada bahagia ada duka. Entah lebih dulu mana yang akan dimainkan. Selalu memberikan kejutan.

“duilehh lagunya elo banget Yon” Andres yang baru datang dari kantin langsung meluncurkan aksi menggodanya mengingat Deon sedang bermasalah dengan Bina.
Engkau disana aku disini
“iya bang iya adek ngerti bang” lanjutnya dengan mimik wajah dibuat sedramatis yang ia bisa.
“heh kencengin volumenya” bisiknya pada siswa yang memutar lagu tersebut dan hanya mengangguk mungkin terlalu menikmati kesendiriannya.
Engkau meminta padaku
Untuk mengatakan Bila ku berubah
“duh nyes banget hati adek bang” Andres terus melancarkan sindiran sindiran nya.
PLAKK. Buku paket Bahasa Indonesia sukses mendarat tepat di ubun-ubunnya.
“hahaha. Sukurin kompor sih lo” Devin yang sedang ber-sms ria pun ikut mengkompori Andres yang terkena lemparan buku paket Bahasa Indonesia.
“hus hus pergi sono gue mau ngomong dari hati ke hati sama Deon” siswa tersebut hanya melengos berjalan gontai bak gelandangan.
“lo pikir Bina mantan terindah? Masih pacar gue ya”
“oh belum putus? Kirain ..” dengan mimik wajah yang sok polosnya.
“lo ngedoaian gue putus sama Bina?” nada Deon sedikit meninggi. Rupa-rupanya emosi sedang melandanya.
“kalo masih cinta ya perjuangin dong percuma kan duit goceng lo dulu. Gak sayang tuh? ”
PLAKK. Kali kamus tebalnya kira kira sejengkal itu mendarat lagi di ubun-ubunnya.
“aduh bisa gak sih gak geplak pala gue” keluh Andres
“gini ya Yon ibarat permen karet udah gak manis masih aja tetep lo kunyah. Karena apa? Karena lo suka pingin buat gelembungnya doang. Disini lo tuh kayak gitu” Devin yang merasa prihatin juga ikut memberikan saran sambil menunjuk dada Deon.
“gak usah sok pakek kalimat analogi lo, orang dengan golongan darah B emang gak ada yang jelas”  
“maksud lo”
“mulut ngomong macem penyair terkenal tapi lo gak tau maksud omongan lo apaan” mata Andres sedikit memicing kearah Devin
“hehehe”
“coba lo pikir baik-baik apakah saat itu lo bener bener ikhlas ngomong talak sam Bina atau enggak” kata Andres bak psikolog kelas kakap.
“betul”
“hehh. Deon gak nikah sama Bina bego lo” sahutnya cepat
“lah ngapain lo main betul betul in aja?” lanjut Andres macem preman“karena gue peduli” kilah Devin
“errr gue cium juga lo” gemas Andres
“penting banget sih omongan lo berdua” daripada makin gila medengar dua makhluk absurb temannya itu dengan sedikit hentakan ia berjalan keluar kelas.
~~~
KERJAKAN LKS HAL 5-20 DI KERTAS DAN RANGKUM BAB 3 DAN EMPAT. DIKUMPULKAN! – MISS TIA –

Udah biasa guru yang satu ini kalo ngasih tugas emang nggak kira kira. Emang hidup gue ngurusin tugas itu guru doang ? dan ya, tulisan dengan huruf kapital itu hanya pajangan saja setelah itu selang beberapa puluh menit di hapus. Mereka lebih pilih dihukum daripada ngerjain tapi tangan udah gak berwujud macem tangan.
“mau apa” sewotnya ketika Deon menarik kursi untuk menghadap kearahnya.
“gue mau ngomong sama lo”
“yaudah ngomong aja” pandangannya tidak beralaih dari LKS
“kemarin mama minta gue temenin kerumah sodara dan gue lupa bawa hp”
“oh”
“tadinya gue mau ngabarin lo lewat hp mama tapi gue lupa nomer lo”
“oh”

“lo bisa nggak sih . . .”
“Bisa! Bisa banget! Gue bisa banget bahkan dengan niat ikhlas minta putus dari lo”
PYARRR
“awww”
              Pukulan bola kasti yang terlalu keras menyebabkan kaca jendela dekat tempat biasa Bina duduk pecah. Ruang kelas mendadak riuh dan para siswa menjauh dari pusat kejadian. Bina merintih kesakitan, matanya ia pejamkan erat.
“Bina. . . mata lo berdarah” kata Deon dengan kaget me. Dengan cepat Deon merangkulnya untuk dibawa kerumah sakit. Kejadian siang ini cukup membuat gempar SMA PATRA.
“infeksi pada kornea nya sudah parah. Butiran kaca tepat mengenai kornea bahkan hampir merobek pupil. Akan terjadi kebutaan permanen”
              Gema suara dokter perempuan itu sedikit membuat ngilu ulu hatinya. Bukan sedikit tapi hampir semua ruang. Bukan karena apa. Bina! Mengalami kebutaan. Pada ruangan serba putih dan khas bau ramuan obat kimia cukup menusuk hidung. Matanya menatap sayu kepada Bina yang sedang berbaring.
“maaf. . ma . . maaf” dengan suara terbata Deon terus berucap kata maaf.
“ma . . afin . . gu . . e” hanya penyesalan yang sekarang dirasakan.
“gue . . gak . . bisa . . jagain elo . . maaf”
“eh tolong nyalain lampunya dong, gelap ini”
DEGG.
              Apakah secepat ini ia harus mengatakannya kalu Bina buta? Dan akan berimbas pada hubungannya. Sudah bermasalah dan akan tambah bermasalah lagi?
PYARR
              Gelas tak luput dari sambaran Bina. Tangannya merambat mencari sesuatu yang dapat digunakan sebagai penerangan. Kayaknya lo harus ngomong sekarang Yon. Lebih baik sakit hati sekarang dari pada diam dan lo bakal ngerasain yang lebih sakit.
“lo . . lo . . buta” tangannya mengepal sangat erat
DEGG
“bu . . ta . . per . . ma . . nen” nadanya mulai melirih
DEGG
“maaf . . ma . . afin gu . . . e”
              Untuk beberapa saat tidak ada reaksi dari Bina. Deon mengkerutkan keningnya. Heran. Cukup lama Bina terdiam dengan mata yang masih tertutup kain kasa. Setelah sekian puluh detik Bina tersenyum entah senyum getir atau yang lain.
“aku maafin kamu” lalu dia tersenyum lagi. Apa hati lo gak ngerasa pecundang banget dapet perlakuan kayak gitu dari cewek Yon?
“tapi tolong setelah ini kita putus” kalimat sederhana itu mampu membuat menohok ulu hatinya. Badannya mematung dan serasa tidak punya daya untuk bergerak.  Cairan berlapis selaput  bening kini tumpah juga.
“karena aku udah gak guna lagi. Daripada bikin kamu susah terus kan?”
“untung banget kamu udah putusin aku kalo aku bakal kayak gini ya hehe”
“Bina . . .“
“makasih ya dua bulannya. Sekarang kamu boleh pergi”
              Dari luar Deon dapat mendengar isakan Bina bahkan sangat jelas di telinganya. Jujur saat ini ia bingung. Lucu sekali seperti sinetron bersambung seolah kejadian kemarin terjadi karena akan terjadi keadaan seperti ini.
-Bila dia tak menginginkan mu lagi untuk berada di dekatnya. Maka turutilah. Sementara ini kau cukup berada pada bayangnya.-
-Setiap perjuangan pasti ada ujian. Setiap perjuangan, keteguhan dipertaruhkan. Menggenggamnya dengan erat sambil melangkah atau berjalan sendirian. Keputusan untuk memperbaiki hubungan telah disarankan teman-teman Deon.-
              Setelah kepulangannya dari rumah sakit, Bina izin tidak masuk sekolah untuk beberapa hari. Karena hal itu Deon pergi kerumah Bina untuk meminta maaf. Rumah dengan nuansa modern mendominasi bagian depan. Bagian dalam tampak kalem dengan nuansa krem.
“Bina dimana Bi?”
“eh den Deon. Non Bina di halaman belakang den. Dia sering ngelamun dan susah makan”
“yaudah sini saya aja yang bujuk dia” sambil mengambil alih nampan yang dibawa Bi Inah, Deon menuju taman belakang.
              Beberapa langkah Deon berhenti menghadap Bina toh Bina tidak tahu keberadaannya kan? Wajahnya sangat cantik sekalipun tanpa polesan bedak. Kulit kuning langsat dengan wajah tirus, hidung mbangirnya.
              Rambut coklatnya yang tergerai asal. Mata hazelnya selalu saja memberinya ketenangan tersendiri. Tapi kali ini mata itu terlihat sayu, sembab dan tatapan kosong. Bibir mungil yang merona setiap hari kini tampak kering dan sedikit pucat.
“kebencian gak harus ngorbanin fisik juga” halus tapi nusuk ulu hati coy.
              Mendengar suara khas tersebut hatinya kembali memanas. Sudah cukup tiga hari terakhir ia menangisi hal bodoh itu.
“lo masih tetep cantik kok” tangannya terulur untuk menyelipkan anak rambut ke pangkal telinga Bina.
‘stop! Gue gak butuh perlakuan kayak gini Yon. Lo justru Bikin hati gue tambah sakit’
“Bina Azzahra masih pacar Deon Athar dan Deon Athar masih pacar Bina Azzahra titik” tangan Bina mengepal. Menahan gejolak tersebut. Sekuat tenaga ia menahan agar cairan bening itu tidak tumpah di depan pria ini.
“mulai sekarang . . . “
“STOPP YON STOPPP! LO MALAH BIKIN HATI GUE TAMBAH SAKIT. GUE UDAH BILANG GUE UDAH MAAFIN LO. DAN LO GAK PERLU NGERASA BERSALAH DENGAN LO PURA PURA MASIH CINTA SAMA GUE” dengan satu tarikan nafas Bina mengucapkan kalimat itu susah. Butuh nyali hanya untuk berkata seperti itu.
“GUE BUKAN CEWEK YANG BISA LO BANGGAIN LAGI. GUE BUKAN CEWEK CANTIK YANG TIAP HARI LO PUJI. SEKARANG GUE ADALAH REMAJA CACAT YANG NGGAK BISA MENGEJAR CITA-CITA NYA” akhirnya air matanya tumpah. Disini, bukan hanya Bina saja yang sakit tapi juga Deon. Antara cinta dan permintaan. Apa ia harus memperjuangkan cintanya atau pergi menjauh dan tidak pernah muncul lagi?
              Deon lalu membungkam aksi Bina dengan satu tarikan. Dipeluknya tubuh Bina. Mengusap ubun-ubun beberapa kali. Mengusap lembut air mata yang sempat jatuh karena dirinya.
“gue . . gue . . bukan cewek sempurna lagi” disela tangisnya Bina berkata dengan lirih namun masih terdengar.
“emang bener kan manusia itu gak ada yang sempurna?”
“tapi . . tapi gue buta” mungkin dengan seperti ini Bina lebih leluasa menumpahkan segala unek-unek nya kepada Deon. Dengan menangis Deon sudah bisa mengerti.
“aku bisa jadi mata kamu”
“sekalipun kamu gak punya tangan atau kaki, aku yang akan menjadi pelengkapnya. Bukankah itu gunanya pasangan?” Bina masih terdiam. Meresapi setiap kata yang Deon ucapkan. Lalu kedua tangannya menangkup wajah perempuannya itu. Memberikan senyuman –miris. Tapi dia bahagia karena Bina dapat mengerti.
“gue pernah cerita ke elo tentang dandelion. Dia nggak menarik bahkan nggak banyak orang tahu tentang bunga itu. Mahkota bunganya aja sederhana bahkan gampang banget rapuh” tangisnya mulai berhenti. Menyimak dengan seksama perkataan Deon.
“kalo kena angin dia bakalan terbang sesuka hatinya dan tumbuh ditempat lain sebagai bunga baru dan hidup yang baru. Jadi lo harus kayak dandelion, saat ini lo emang lagi rapuh tapi ketika angin membawa ke suatu tempat lo harus yakin bahwa ditempat itu lo punya hidup baru yang bahagia. Ngerti ?” hanya anggukan kecil yang Bina isyaratkan
“bagus! sekarang lo makan. Badan udah krempeng mau tambah krempeng?” dicubitnya kecil pinggang pria nya itu.
“ohh sekarang main cubit-cubitan nih”
“ih bercanda tau. Yaudah mana gue laper tiga hari nggak makan aaaa” sambil membuka mulut Deon menyuapi nya. Terselip perasaan senang.
~~~
              Sore ini Deon sengaja mengajak Bina untuk keluar. Sekedar untuk berjalan sore. Ditemani dua sahabat karib mereka Andres dan Devin mereka bersepeda menuju taman komplek. Bina membonceng pada bagian depan sepeda Deon.
“duh mereka sosweet ya kapan gue bisa kayak mereka” tatapan khas seorang jomblo ngenes.
“tampang lo gak usah di ngenes-ngenesin juga kali Vin gue iba liatnya haha” mereka sengaja ngekor dibelakang mengikuti si pangeran dan putri entah kemana.
“eh sakarang kalian berdua dong yang foto” setelah memarkir sepeda, mereka duduk duduk pada bangku taman.
“enggak ah kalian aja. Muka gue jelek”
“lo itu di lihat dari sisi mana aja tetep cantik. Sekarang kamu lihat lurus kedepan ya” kata Deon
“Bina mana tahu Yon kan dia buta. Upss ” ceplos Andres
“dasar bego itu otak gesrek ngapain di pelihara sih. Udah tahu Deon susah ngebujuk Bina eh malah elo Bikin dia sedih lagi. Ampun dah temenan sama elo” bak ibu menasehati kelakuan brandal anaknya.
“cablak banget hidup lo”
“aduh gue lupa kali, manusia kan tempatnya salah dan dosa”
“iya lah hidup lo gak ada benernya. Dosa mulu yang lo tanem”
“eh sorry gue gak bermaksud Bin” mendadak canggung melihat ekspresi Bina yang tiba-tiba murung.
“udah gak papa. Gue liat arah mana nih” terlihat topeng kebohongan disana.
“mm lo senderan aja dipundak Deon” masih dengan nada canggung Andres mengarahkan Bina.
“gini?”  sambil membenarkan posisinya untuk lebih mendekat Deon. Deon hanya diam dan mengikuti isi otak temannya.
“nah gitu sip. Tahan ya”
              Bina yang mengenakan dress selutut warna tosca dengan pita hitam yang mengitari pinggangnya. Rambut dikuncir kuda terlihat sangat sederhana namun cantik.
              Sementara Deon cukup mengenakan kaos oblong, celana pendek, dan rambut yang ditata asal. Pasalnya wajah yang sedikit bule dengan mata berwarna biru laut, badan tegap dengan dada bidang sudah membuat kaum hawa terpesona apalagi kalau di mix dengan gaya pakaian yang simple?
              Hasil jepretan yang sempurna seperti foto pre-wedding. Senyum Bina yang tampak tak dibuat-buat dan senyum miring khas Deon cukup membuat perempuan lain iri dengan pasangan ini.
“satu lagi dong” kalian tahu ekspresi Deon dan Bina? Deon hanya mengangguk bak robot rusak dan Bina sesekali mendengus sebal dengan tingkah sahabat-sahabatnya itu.
-Bahagia itu sederhana. Bukan berfoya dengan gelimang harta. Bukan bergaul dengan anak gaul metropolitan. Tapi cukup bersama dengan orang yang kita sayang meskipun dengan kekurangan. Bukankah beda itu indah?-
-Langit terlihat indah karena punya jutaan bahkan milyaran benda langit tapi kamu punya satu ketulusan yang dapat terlihat indah daripada benda langit.-
“selamat tanggal 21. Hadiahnya emang gak berjumlah 21 sih tapi ini cukup kan?” sebuah kertas biasa tanpa embel-embel bunga mawar atau apalah itu Deon menuliskan beberapa kalimat didalamnya.
“gue bacain yah?” Bina mengangguk antusias.

Dear pacar gue tercinta,
Enam bulan pacaran sama gue gimana rasanya? Lo masih betah kan? Janji gak akan ninggalin gue kan?
“lo kali yang bakalan ninggalin gue”
“jangan dipotong dulu sayangku cintaku calon istriku insyaallah” gemasnya kepada Bina.
“lebay lo. Cepet lanjut”
Selama enam bulan gue harap lo nyaman-nyaman ya sama gue dan nggak berfikir yang aneh-aneh tentang gue hehe. Gue janji setelah lulus kuliah nanti gue beterkad untuk jadi orang sukses dan gue mau lamar elo.
“cari duit dulu yang banyak baru lo boleh lamar gue”
“lo motong lagi gue cium nih” dengan sigap Bina menutup mulutnya.
Gue janji gue bakal jadi mata lo kapanpun lo butuh. Tuhan menciptakan dunia karena memang sudah seharusnya. Kita diciptakan karena takdir. Gue bukan cowok romantis yang bawa ceweknya ke suatu tempat yang penuh bunga dan lilin kecil berbentuk LOVE. Gue punya cara sendiri untuk bahagiain lo tanpa acara alay seperti itu. Cukup lo dan gue bersama-sama jalan ke depan, saling menguatkan ketika salah satu mulai lemah dan ketidaksempurnaan bukan alasan mengapa harus mengakhiri perasaan. Love you Bina azzahra.
Deon lalu mengusap air mata kekasihnya ini dengan sayang. Mengusapnya dengan lembut. Mengecup puncak kepala lalu kening dan diakhiri pelukan hangat.


SELESAI.




Kita itu ibarat ilalang.
Aku senja dan kamu ilalang.
Sinar senja nya selalu membuat ilalang tampak sempurna walupun aslinya hanya sebuah tanaman liar dan tidak menarik.
Kekurangan yang kamu miliki akan terlihat samar ketika seseorang menyanyangimu dengan tulus.

Iringi langkahku ketika aku dalam kesulitan.
Dengan kamu menjadi mata ku ketika aku tidak Bisa lagi melihatmu.
Dengan menjadi kaki ku ketika langkahku mulai lemah.
Dengan menggenggam tanganku ketika tanganku tidak sanggup lagi menggenggam tanganmu.
Dengan begitu aku akan tahu bahwa kamu benar-benar untukku.